Untuk menutup kebutuhan, PMI masih mengandalkan beberapa sumber pemasukan, mulai dari distribusi darah hingga “bulan dana PMI” yang dikumpulkan dari desa dan instansi pemerintah.
Dana itu dipakai untuk berbagai belanja internal, mulai dari seragam hingga perlengkapan donor darah.
Kondisi ini menimbulkan tanda tanya besar. Dengan potensi perputaran uang ratusan juta dari stok darah, mengapa anggaran operasional justru sampai membuat pegawai harus bekerja setengah waktu?
Transparansi pengelolaan anggaran kini jadi tuntutan utama. Warga berharap, masalah internal PMI tidak sampai mengorbankan pelayanan, apalagi mengurangi semangat kemanusiaan yang seharusnya jadi jiwa organisasi.
Editor : Irfan Ramdiansyah
Artikel Terkait
