Komentar yang muncul pun beragam. Ada yang membela, ada pula yang malah menimpali dengan sindiran balik. Salah satu akun bernama Diding Prihantono menulis, “Eta jalana jalan naon, mang? Ari jalan kabupaten mah atuh ka bupati na, arinkoat koar pake logika, mamang...”
Sementara akun Putra Senja Putra menimpali dengan tawa, “Kmn bupati dan lurah? Knapa hrs pak KDM?”
Komentar lain yang cukup pedas datang dari Nur Arafa, “Pemerintah setempatnya pada ke mana? Masih hidup apa udah mati?”
Namun, tak sedikit juga warganet yang mencoba menenangkan suasana. Akun Ahmad Arsil misalnya menulis, “Perlahan pak, mudah-mudahan semua merata. Kasihan juga Pak Dedi urus Jabar sendiri belum di daerah lain. Saya sih berdoa aja, semoga Pangandaran kebagian giliran perbaikan.”
Ada pula akun Nedi Tasik yang menegaskan agar warga tak asal menyalahkan:
“Ulah nyalahken KDM, mang. Salahkeun tah RT, RW, kades, camat, bupati na, kamarana mang?”
Dan Bonex menambahkan, “Jalan desa mah ngadu ke kepala desa, ada jalurnya, mang.”
Meski begitu, video Mang Tarli tetap jadi sorotan warganet. Banyak yang menilai cara penyampaiannya jujur, apa adanya, dan mewakili suara masyarakat kecil di pedesaan.
Kini, video tersebut terus dibagikan ulang dan memunculkan diskusi panjang soal perhatian pemerintah terhadap infrastruktur di wilayah pedalaman Pangandaran.
“Nya kudu aya nu ngageroan ti kampung ka kota, bisi aya nu lali kana jalan leutik,” tulis salah satu netizen, menutup perdebatan di kolom komentar.
Fenomena ini lagi-lagi menunjukkan, kadang suara rakyat paling nyaring justru datang dari jalan berlumpur bukan dari ruang rapat berpendingin udara.
Editor : Irfan Ramdiansyah
Artikel Terkait