Tradisi Pembacaan Sajarah Kacijulangan

Irfan ramdiansyah
Tradisi Pembacaan Sejarah Kacijulangan ( Foto: InewsPangandaran.id/ist)

Dalam naskah aslinya isi Babad Cijulang kata Erik, merupakan sejarah Purwaningjagat atau sejarah penciptaan alam semesta dan ajaran kehidupan juga perilaku manusia untuk mengenal para pendahulu supaya manusia dapat mengenal siapa penciptanya.

"Pembacaan sajarah babad Cijulang ini harus dibaca oleh seseorang yang mempunyai keimanan dan ketauhidan yang sampurna (sempurna) karena khawatir ada perbedaan penafsiran," ujarnya.

"Unika Sajarah Purwaning Jagat, kang gumelar kabeh, tatkala awang-awang, uwung-uwung, durung ana, kangsa wiji-wiji. Lata yun arane, goibul guyub arane," kata Erik dalam bahasa arab Pagon campuran Sunda-Jawa.

Dalam bahasa Sunda Erik menuturkan, Mangka aya kersa, memeh aya nu dikersakeun, dingaranan naktul ghaib. Mangka aya kersa nu dikersakeun dingaranan ahyang sapita. Mangka aya rupa warna, mangka dingaranan rohpi dohpi. Mangka rohdipi dohpi ingku pinendang jadi papat. 

Editor : Irfan Ramdiansyah

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3 4

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network