get app
inews
Aa Text
Read Next : Megah Tapi Mati, TIC Pangandaran Hanya Dibuka Saat Ada Rapat

Senja Tanpa Sayap Kalong, Anak 80-an Pangandaran Rindu Langit yang Dulu!

Selasa, 28 Oktober 2025 | 13:31 WIB
header img
Senja Tanpa Sayap Kalong, Anak 80-an Pangandaran Rindu Langit yang Dulu! ( Foto: ilustrasi)

Bagi sebagian warga Pangandaran, hilangnya kalong menjadi simbol bahwa alam sedang kehilangan nyawanya sedikit demi sedikit. Pantai masih indah, wisata masih ramai, tapi sesuatu yang halus yang dulu membuat Pangandaran hidup dan bernyawa kini tak ada lagi.

“Dulu waktu senja, kita tahu waktu malam sudah dekat karena kalong. Sekarang? Kita tahu malam karena lampu-lampu kafe mulai nyala,” kata Nana (47), pedagang di kawasan Bulak Laut.

Cagar Alam yang dulu sunyi dan magis kini menjadi objek wisata yang ramai, namun tak lagi menjadi rumah nyaman bagi makhluk malam itu. Populasi kalong di Pangandaran kian menurun.

Kepala BKSDA Cagar Alam Pangandaran, Kusnadi, menyebut salah satu penyebabnya adalah perburuan liar yang masih terjadi di luar kawasan konservasi.

Meski pihaknya rutin melakukan patroli sore hingga malam hari, terutama di sekitar Kalapa Hendep hingga Pantai Barat, aktivitas penangkapan kalong menggunakan layangan dan elang tiruan masih kerap ditemukan.

Tim BKSDA bahkan beberapa kali memburu pelaku di area Bumi Nusantara hingga Pondok Seni, tempat kalong sering keluar mencari makan. Dari hasil pemeriksaan, kalong hasil tangkapan diduga dijual-belikan kepada pemesan tertentu, bukan sekadar untuk konsumsi.

Kusnadi menegaskan, pihaknya terus berupaya menjaga populasi kalong yang berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan dan identitas alam Pangandaran.

“Kami ingin kalong tetap ada di langit Pangandaran seperti dulu, karena mereka bagian dari kehidupan hutan yang harus dijaga,” ujarnya.

Sementara, para pemerhati lingkungan memperkirakan beberapa faktor penyebab hilangnya populasi kalong di Pangandaran:

1. Berkurangnya pepohonan tinggi yang menjadi tempat beristirahat kelelawar. 2. Polusi cahaya malam yang mengganggu orientasi terbang mereka. 3. Menurunnya jumlah pohon buah dan bunga yang menjadi sumber makanan. 4. Perburuan dan gangguan manusia di sekitar kawasan cagar alam.

Padahal, kelelawar memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem, termasuk membantu penyerbukan bunga dan penyebaran biji tanaman. Hilangnya mereka berarti juga berkurangnya keseimbangan alami di kawasan pesisir selatan ini.

Menjelang malam, suara adzan magrib menggema dari kejauhan. Di langit, hanya tersisa beberapa burung camar yang kembali ke sarang. Tak ada kalong yang melintas, tak ada gerombolan sayap hitam yang dulu memenuhi udara.

Senja di Pangandaran kini sunyi, bukan karena keindahannya hilang, tapi karena kenangan yang dulu membuatnya hidup kini tak lagi hadir.

“Anak saya sering tanya, ‘Pak, kalong itu seperti apa?’ Saya cuma bisa jawab, ‘Kalau kamu lahir 40 tahun lebih cepat, kamu pasti pernah lihat langit Pangandaran penuh sayap hitam yang indah,’” ujar Asep dengan mata menerawang.

Di antara desir angin laut dan bayangan pohon kelapa, Pangandaran seperti menyimpan rahasia waktu. Tentang kalong yang pernah jadi bagian dari kehidupan, lalu pergi tanpa pamit. Tentang langit yang pernah ramai, kini sepi.

Dan tentang rindu yang menggantung di udara setiap kali senja datang, menanti sayap-sayap malam yang tak kunjung kembali.

Editor : Irfan Ramdiansyah

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut