Senja Tanpa Sayap Kalong, Anak 80-an Pangandaran Rindu Langit yang Dulu!
Namun kini, sebagian habitat mereka mulai menyempit. Cahaya lampu-lampu terang di malam hari membuat kelelawar kehilangan arah dan sumber makanan alami.
“Dulu waktu saya main di kawasan cagar alam, kelelawar itu keluar sore, pulang subuh. Sekarang, jangankan rombongan besar, satu-dua aja susah kelihatan,” tutur Amin.
Ia menghela napas panjang. “Kalong itu penjaga ekosistem. Mereka nyebarin biji pohon, bantu serangga seimbang. Kalau mereka hilang, alam juga ikut pincang.”
Sore hari di Pangandaran kini terasa sunyi. Laut masih bergemuruh, tapi langitnya kosong. Anak-anak kecil lebih sibuk menatap layar ponsel ketimbang menatap langit. Tak ada lagi suara teriakan riang, tak ada lagi tangan kecil yang menunjuk ke atas sambil berteriak, “Tuh, kalong!”
Bagi generasi tua, setiap senja kini adalah perjumpaan dengan kenangan. “Kalau sore, saya sering duduk di depan rumah, lihat langit barat. Kadang saya harap mereka muncul lagi, walau cuma satu-dua ekor,” ucap Asep lirih.
“Tapi sampai sekarang belum pernah lagi kelihatan.”
Editor : Irfan Ramdiansyah