get app
inews
Aa Text
Read Next : Inisiatif Kelompok Relawan, Peran Hudang dan Lingsanggeni dalam Tradisi Ngobeng Balong

Tradisi Pembacaan Sajarah Kacijulangan

Rabu, 10 Agustus 2022 | 22:09 WIB
header img
Tradisi Pembacaan Sejarah Kacijulangan ( Foto: InewsPangandaran.id/ist)

PANGANDARAN, iNews.id - Pembacaan sejarah kacijulangan kembali digelar kelompok adat dan kebudayaan kabupaten Pangandaran Jawa barat. Tradisi membaca sajarah Kacijulangan ini sudah ada sejak lama di daerah Cijulang.

Tradisi membaca sajarah kacijulang ini dilakukan di Wareng yang berada didalam kawasan Bandara Nusawiru di kecamatan Cijulang.

Ketua Lembaga Adat Pangandaran Erik Krisna Yudha, Ketua Lembaga Adat Pangandaran memimpin prosesi sakral pembacaan sajarah kacijulangan tersebut.

Pembacaan naskah babad Cijulang diawali dengan tawasulan, doa munajat kepada tuhan yang maha esa, dan dilanjutkan dengan bubuka memakai alat musik tradisional kecapi.

Isi dalam Babad kacijulangan terdiri dari dua bagian terpenting. Pertama ada sajarah geude (besar) yang isinya awal mula penciptaan langit dan bumi, bagian kedua diisi dengan sajarah leutik (kecil) yang isinya tentang proses kehidupan manusia.

Erik mengatakan, tradisi pembacaan babad kacijulangan ini sudah nyaris punah, lantaran minimnya pelaku pembaca.

"Karenanya lembaga adat berusaha mempertahankan tradisi ini agar tetap lestari," kata Erik.

Pembacaan tradisi babad Kacijulangan ini, biasanya dilakukan setiap bulan Muharam dan bulan Mulud. Namun agar tetap lestari pembacaan akan dibuat rutin setiap tahun.

Menurutnya untuk membaca sajarah Kacijulangan tidak bisa sembarang membaca karena memiliki ketentuan tersendiri. Karenanya ada perhitungan Sunda Kuno dan hanya boleh dibacakan pada waktu tertentu.

Dalam naskah aslinya isi Babad Cijulang kata Erik, merupakan sejarah Purwaningjagat atau sejarah penciptaan alam semesta dan ajaran kehidupan juga perilaku manusia untuk mengenal para pendahulu supaya manusia dapat mengenal siapa penciptanya.

"Pembacaan sajarah babad Cijulang ini harus dibaca oleh seseorang yang mempunyai keimanan dan ketauhidan yang sampurna (sempurna) karena khawatir ada perbedaan penafsiran," ujarnya.

"Unika Sajarah Purwaning Jagat, kang gumelar kabeh, tatkala awang-awang, uwung-uwung, durung ana, kangsa wiji-wiji. Lata yun arane, goibul guyub arane," kata Erik dalam bahasa arab Pagon campuran Sunda-Jawa.

Dalam bahasa Sunda Erik menuturkan, Mangka aya kersa, memeh aya nu dikersakeun, dingaranan naktul ghaib. Mangka aya kersa nu dikersakeun dingaranan ahyang sapita. Mangka aya rupa warna, mangka dingaranan rohpi dohpi. Mangka rohdipi dohpi ingku pinendang jadi papat. 

"Kalimat tersebut menciptakan awalnya alam semesta. Dari mulai alam ahadiah itu durung ana kang sawiji-wiji. Alam suwung kangsajatining suwung, dengan artian belum ada siang dan malam belum ada cahaya, gelap, belum ada apa-apa. Yang ada hanya dzat naisa kamisllihi," terang Erik.

Tak hanya itu tambah Erik, dilanjut dengan penciptaan Nur Muhammad, terciptanya kanjeng para Nabi, para rosul.

"Secara rinci menceritakan dari mulai penciptaan Nabi Adam, manusia pertama Ing Dalam Sawarga. Sampai diturunkannya ke alam dunia. Hingga menceritakan punya turunan yang banyak," pungkasnya.

Editor : Irfan Ramdiansyah

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut