PANGANDARAN, iNewsPangandaran.id - Suasana dapur di Pangandaran benar-benar “mendidih”! Puluhan chef dari berbagai dapur MBG, hotel, hingga restoran ternama tumpah ruah mengikuti pelatihan dan sertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).
Tak main-main, skema yang diujikan adalah Demi Chef dan Cookery Level 2, standar bergengsi bagi para juru masak profesional.
Di balik gemerlap aroma rempah dan wangi tumisan, kegiatan ini digelar oleh Indonesian Chef Association (ICA) BPC Pangandaran yang dikomandoi Nurul Desi, bekerja sama dengan LSP Bhakti Persada. Misi mereka jelas: menjadikan para chef lokal tak kalah kelas dengan bintang dapur nasional!
Dewi Nurcahyati, sang Manager Sertifikasi LSP Bhakti Persada, tampil penuh semangat saat memberikan keterangan di sela kegiatan.
Ia menegaskan bahwa pelatihan dan bimtek ini bukan sekadar formalitas tapi langkah serius untuk memastikan para pekerja dapur benar-benar kompeten dan tersertifikasi resmi.
“Sertifikasi ini penting banget! Apalagi setelah muncul berbagai kasus keracunan makanan. Para pengolah makanan harus paham dan patuh pada standar keamanan pangan. Dengan sertifikat kompetensi, chef bukan cuma bisa masak tapi juga bisa menjamin aman dan layaknya sajian mereka,” tegas Dewi.
Ia menambahkan, dapur profesional itu tak hanya soal rasa, tapi juga sistem. “Mulai dari bahan baku, proses pengolahan, hingga penyimpanan makanan, semua harus sesuai prosedur. Chef sejati tahu, dapur bukan tempat asal aduk, tapi ruang sains yang harus steril dan terukur,” ucapnya berapi-api.
Tak ketinggalan, Yana Suryana, asesor dari LSP Bhakti Persada, juga angkat bicara. Ia menyebut, banyak dapur di hotel maupun restoran yang belum benar-benar memahami pentingnya sertifikasi.
“Masak itu seni, tapi juga tanggung jawab besar. Karena dari dapur lahir kesehatan banyak orang. Kalau chef-nya asal, bisa-bisa bukan bikin kenyang, malah bikin pelanggan tumbang,” sindir Yana tajam.
Yana juga menyampaikan harapan besar agar setelah pelatihan ini, para chef bisa menjadi garda depan keamanan pangan di tempat kerja masing-masing.
“Insyaallah, dengan tenaga kerja yang kompeten dan bersertifikat, masyarakat bisa lebih tenang menikmati setiap suapan. Tak ada lagi cerita keracunan massal hanya karena lalai di dapur,” ujarnya menutup sesi wawancara dengan senyum percaya diri.
Sementara itu, dari pantauan di lokasi, suasana pelatihan terasa hidup. Para peserta tampak serius, mengenakan seragam putih khas chef lengkap dengan topi tinggi.
Sesekali terdengar suara sutil beradu dengan wajan, aroma bumbu menggoda menyelimuti ruangan, seolah tiap adukan mengandung semangat baru untuk naik kelas menjadi chef profesional.
Beberapa peserta bahkan mengaku baru pertama kali mengikuti sertifikasi sekelas BNSP ini.
“Deg-degan juga, tapi seru! Ini pengalaman berharga buat kami agar bisa naik level dan lebih dipercaya di dunia kerja,” ujar salah satu peserta dengan wajah berpeluh tapi sumringah.
Tak hanya sekadar pelatihan, kegiatan ini juga menjadi ajang silaturahmi antar chef dari berbagai daerah. Dari dapur hotel mewah hingga warung tepi pantai, semua menyatu dalam semangat yang sama: mengangkat martabat profesi juru masak Indonesia.
Dan di akhir acara, tampak panitia menyiapkan simbolik “pemotongan kue sukses” menggambarkan manisnya harapan bahwa ke depan, dapur-dapur di Pangandaran akan melahirkan chef-chef berkelas nasional.
Karena di dunia kuliner, seperti halnya di kehidupan, hanya mereka yang berani “berkeringat di dapur” yang akan menuai aroma kemenangan di meja makan.
Editor : Irfan Ramdiansyah
Artikel Terkait
