Pardi tak melupakan budaya asalnya. ( Foto: Pardi)
Kehidupan Pardi di negeri orang kian berwarna. Meski jauh dari tanah kelahiran, ia tetap menjaga akar budaya Sunda dalam keluarga kecilnya.
“Di rumah, saya tetap mengajarkan bahasa Indonesia, bahkan bahasa Sunda, supaya anak-anak tidak lupa asal usul orang tuanya,” katanya sambil tersenyum.
Meski kehidupan membawanya jauh dari Pangandaran, profesi awal sebagai pemandu wisata tetap melekat. Kini, Pardi bekerja sebagai tour leader, khususnya mendampingi warga Indonesia yang berwisata ke Swiss.
Gunung-gunung Alpen yang megah, danau biru nan jernih, serta kota-kota tua yang memesona, semua ia perkenalkan dengan penuh semangat.
Ia tak hanya sekadar memandu, tetapi juga berbagi cerita pengalaman hidupnya di negeri yang terkenal dengan cokelat dan jam tangan itu.
“Bagi saya, menjadi tour leader bukan sekadar pekerjaan, tapi bagian dari hidup. Seperti kembali ke masa muda ketika saya pertama kali memandu wisatawan di Pangandaran, apalagi anak-anak sudah besar sehingga lebih banyak waktu untuk menggeluti profesi lama," tutur Pardi.
Meski kini tinggal ribuan kilometer dari tanah kelahiran, Pardi tak pernah melupakan Pangandaran. Ia sering menceritakan keindahan pantai kampung halamannya kepada wisatawan maupun sahabat di Swiss.
“Pangandaran selalu jadi bagian hidup saya. Dari sana perjalanan ini semua dimulai,” pungkasnya.
Editor : Irfan Ramdiansyah
Artikel Terkait
