"Lantas jika di tracking hutang yang terjadi tersebut bukan perbuatan Citra dan Ino, lalu sebelumnya Ujang Endin Indrawan dan Dadang Solihat sebagai orang yang ada pada posisi birokrasi, kalau begitu kenapa Citra dan Ino yang di bully sebab menjawab kalimat akan pinjam," jelas Warman.
Ia menegaskan bahwa keputusan untuk mengajukan pinjaman seharusnya tidak dihakimi sebagai salah atau benar, tetapi dipahami sebagai salah satu opsi yang dapat diambil dalam situasi defisit. Di sisi lain, Warman juga mempertanyakan janji pasangan Nomor Urut 02 untuk menaikkan PAD dan menekan belanja aparatur.
Menurutnya, jika strategi tersebut efektif, seharusnya sudah diterapkan ketika Ujang Endin Indrawan dan Dadang Solihat masih menjabat di pemerintahan. Warman juga mengkritik penyebutan bahwa pasangan Nomor Urut 02 didukung oleh partai pengusung Presiden Prabowo, yang menurutnya tidak relevan dengan persoalan yang sedang dibahas.
"Kalau memang jawaban menaikan PAD dan menekan belanja aparatur, kenapa tidak dilakukan ketika Ujang Endin Indrawan dan Dadang Solihat menduduki jabatan di dalam birokrasi," tutur Warman.
Warman mengajak masyarakat Pangandaran untuk menganalisis dengan cermat visi dan misi masing-masing pasangan calon serta menghindari asumsi-asumsi yang dapat menimbulkan kesalahpahaman. Menurutnya, pemahaman yang utuh terhadap program dan visi kedua pasangan calon sangat penting menjelang pemilihan pada 27 November 2024.
Editor : Irfan Ramdiansyah
Artikel Terkait