Budidaya Lobster Modern di Pangandaran Bidik Tahta Dunia yang Dikuasai Vietnam
PANGANDARAN, iNewsPangandaran.id - Aroma “seksi” dari komoditas lobster kembali menggeliat di pesisir Pangandaran. Bukan tanpa alasan. Di balik harga jualnya yang bikin dompet meringis, lobster tetap menjadi primadona lintas kalangan.
Kini, geliat itu makin panas setelah berdirinya fasilitas budidaya yang disebut-sebut paling komprehensif di wilayah tersebut, PT Cahaya Lobster Indonesia.
Perusahaan yang sudah lama malang melintang di dunia perlobsteran ini kini tampil berbeda. Bukan hanya bermodal pengalaman dan ahli-ahli yang sudah kenyang makan asam-garam lautan, mereka kini berhasil panen secara konsisten.
Artinya? Masyarakat bisa menikmati lobster tanpa harus menunggu musim dengan harga yang lebih stabil dan ramah kantong.
Tak berhenti di situ. Dengan fasilitas budidaya berizin lengkap yang memungkinkan perusahaan mengekspor langsung, angin segar pun berhembus ke para nelayan, terutama pemburu benih lobster yang selama ini hidup dalam ketidakpastian.
“Kami membeli benih dari koperasi atau KUB yang berizin, supaya sambil menunggu ekspor benih dibuka kembali, para nelayan tetap punya solusi untuk menjual tangkapannya,” ujar pihak manajemen PT Cahaya Lobster Indonesia.
Namun ambisi perusahaan ini bukan sekadar menampung benih dari nelayan. Target mereka terbilang nekat tapi patriotik, merebut kembali kedaulatan lobster dunia yang kini disebut-sebut dikuasai Vietnam.
“Kami ingin produksi budidaya meningkat signifikan. Karena itu, kami sangat konsen mengajak koperasi dan KUB untuk menjadi plasma kami. Jika rantai ini berjalan, produksi akan melonjak. Mari kita maksimalkan kekayaan alam untuk sebesar-besarnya memakmurkan bangsa,” lanjutnya penuh semangat.
Dengan strategi yang agresif namun tertata, PT Cahaya Lobster Indonesia kini digadang-gadang sebagai pemain yang bakal mengubah peta perlobsteran nasional. Nelayan tersenyum, produksi naik, ekspor terbuka, dunia kembali melirik.
Lobster Pangandaran, tampaknya, sebentar lagi akan naik tahta.
Editor : Irfan Ramdiansyah