Goresan Sumpah Pemuda! Heru Lukis Kehidupan Zaman Dulu, Bikin Anak Muda Tersadar Akan Akar Budayanya
Di momen Sumpah Pemuda, sejumlah muda-mudi berbondong-bondong mengunjungi galeri Heru. Mereka bukan cuma datang untuk berfoto, tapi juga belajar memahami filosofi di balik karya tersebut.
“Kami sengaja datang ke gerai ini bersama para pemuda untuk mengenalkan kebiasaan orang tua zaman dulu lewat lukisan. Banyak hal yang kami baru tahu seperti alat-alat tradisional yang hampir punah. Ini penting, karena generasi muda sekarang banyak yang lupa akan akar budayanya. Mudah-mudahan ke depan kami bisa ikut melestarikan tradisi leluhur,” ujarnya Muhamad Juridwan, Ketua Pemuda setempat penuh semangat.
Bagi Heru, setiap karya punya makna spiritual tersendiri. Ia ingin mengembalikan ingatan masyarakat pada kehidupan sederhana yang sarat nilai gotong royong dan hormat pada alam.
“Semua ini terinspirasi dari para pendahulu agar kita tidak lupa sejarah. Ini bentuk penghargaan kepada mereka, supaya tidak terlupakan dan tetap dilestarikan. Banyak anak muda sekarang tidak tahu dengan peralatan zaman dulu, seperti lisung atau tungku kayu bakar."
"Melalui lukisan, saya ingin mengenalkan itu kembali, agar kita sadar betapa kayanya budaya yang kita miliki,” ungkap Heru, sambil menatap lembut salah satu karyanya yang menampilkan suasana dapur tradisional Sunda.
Tak disangka, karya Heru kini mulai dikenal luas. Lukisannya diminati kolektor dari berbagai daerah bahkan turis mancanegara. Namun bagi Heru, nilai utama bukan pada rupiah, melainkan pada pesan moral yang ingin ia titipkan.
Di tengah derasnya arus digital dan budaya instan, Heru justru meneguhkan sikap, bahwa mencintai tanah air tak cukup hanya dengan bersumpah setia pada merah putih, tapi juga menjaga warisan budaya agar tak hilang ditelan zaman.
“Sumpah Pemuda adalah semangat persatuan, dan saya percaya persatuan itu juga harus ada dalam menjaga budaya lokal,” tegas Heru di penghujung pameran kecilnya.
Dengan goresan kuasnya, Heru seolah mengingatkan: bangsa yang besar bukan hanya karena berdiri tegak di masa kini, tapi karena tak pernah lupa pada akar masa lalunya.
Editor : Irfan Ramdiansyah