CIREBON, iNewsPangandaran.id - Jerit pilu menggema dari lereng Gunung Kuda, Desa Bobos, Kecamatan Dukupuntang, Cirebon. Hari Jumat yang mestinya biasa, mendadak berubah menjadi mimpi buruk yang tak akan dilupakan dalam sejarah tambang rakyat di Jawa Barat.
Sekitar pukul 14.00 WIB, tanah tiba-tiba bergemuruh, laksana amarah alam yang lama tertahan. Dan hanya dalam hitungan detik, tragedi itu pun terjadi longsor besar menerjang lokasi tambang rakyat, mengubur harapan dan nyawa puluhan orang di bawah timbunan batu dan tanah, Jumat (30/5/2025)
Setidaknya 20 orang diduga tertelan material longsor, dan 5 korban telah ditemukan dalam kondisi tak bernyawa. Tubuh mereka dikeluarkan dari bawah reruntuhan dengan wajah tertutup debu dan darah. Beberapa di antaranya bahkan nyaris tak bisa dikenali lagi.
Puluhan truk pengangkut batu ikut menjadi korban. Raksasa-raksasa besi itu kini tampak seperti mainan rusak, terguling, terjepit, hancur lebur. Asap pekat membubung tinggi dari lereng tambang, membawa aroma maut yang menyengat hidung.
Video mengerikan dari lokasi kejadian menyebar cepat di media sosial. Dalam rekaman berdurasi kurang dari satu menit, terlihat para pekerja tambang berlarian menyelamatkan diri.
Sebagian menangis, sebagian lainnya berteriak memanggil nama-nama yang tak kunjung menjawab. “Itu tadi bareng saya nambang, Bang! Kok sekarang ilang?” seru seorang pria muda sambil menggenggam helm berlumur tanah.
Komunitas Orang Cirebon (KOCI) membagikan rekaman udara yang menunjukkan betapa parahnya bencana ini. Gunung Kuda seolah terbelah, menampakkan luka besar menganga di tubuhnya.
“Gunung Kuda Bobos berduka lagi,” tulis admin akun tersebut. Kata "lagi" menegaskan bahwa kejadian seperti ini bukan yang pertama, dan entah mengapa, selalu terulang.
Saksi mata menyebut detik-detik kejadian begitu cepat dan mengerikan. “Kayak suara petir yang datang dari dalam bumi. Habis itu semua runtuh,” ungkap salah satu warga yang rumahnya hanya berjarak 300 meter dari lokasi tambang. Saat longsor terjadi, ia sedang menjemur pakaian.
Kini, ia hanya bisa melihat ke arah gunung sambil memeluk anaknya erat-erat. Tim SAR dan aparat gabungan bergerak cepat. Tapi medan berat dan potensi longsor susulan membuat proses evakuasi tak semudah membalik telapak tangan.
Alat berat harus bekerja ekstra hati-hati, takut getaran memicu bencana baru. “Doakan kami bisa temukan korban selamat,” ujar seorang anggota tim SAR dengan mata sembab dan baju berlumpur.
Sementara itu, pihak berwenang mengimbau warga untuk menjauh dari area pertambangan. Namun di balik peringatan itu, muncul pertanyaan besar, sampai kapan nyawa rakyat kecil jadi taruhan demi segenggam batu dari perut bumi?
Sebagian warga menyebut bahwa Gunung Kuda sudah sejak lama "meminta tumbal". Entah karena eksploitasi yang berlebihan, atau karena faktor alam yang tak terbendung. Tapi satu hal yang pasti, tragedi ini menyisakan luka dalam di hati masyarakat Cirebon.
Hingga berita ini diturunkan, proses pencarian terus berlangsung. Teriakan saudara, isak tangis ibu, dan ratapan istri masih terdengar di balik tenda darurat. Mereka menanti, dalam cemas, berharap keajaiban menyapa.
Apakah Gunung Kuda masih menyimpan korban lain di dalam perutnya? Atau justru, siapa pun yang mencoba menggali terlalu dalam akan selalu berhadapan dengan maut?
Editor : Irfan Ramdiansyah
Artikel Terkait