"Awalnya saya kira jembatan akan lurus ke tengah dulu, sehingga nantinya bisa di gunakan untuk sandaran perahu nelayan. Belum lagi teknis pekerjaan nya pun diduga asal asalan, selain tiang pancang yang kurang dalam dan jarang," ujarnya.
Kusmawan menjelaskan, kedalaman tiang pancang itu paling 2 meter, karena di area itu batu cadas, jarak tiang pancang pun itu 4 meter dengan lebar jembatan 3 m, sehingga tidak kuat menahan beban berat tembok cor serta hantaman ombak.
"Dengan kontruksi bangunan seperti itu, sebenarnya nelayan pun sudah memprediksi tidak akan bertahan lama, walaupun saya sendiri bukan ahli kontruksi," jelas Kusmawan.
Lebih lanjut Kusmawan menuturkan, untuk kualitas redymix menurutnya bagus, karena meskipun sudah ambruk, temboknya kuat dan tidak patah, hanya pecah-pecah itu akibat tekanan.
Dilain pihak salah satu petugas redymix Prima Beton mengatakan, Ambruknya jembatan pelabuhan nelayan Sanghiangkalang, bukan disebabkan oleh kualitas redymix, namun diduga akibat tidak kuatnya tiang pancang.
"Saya tidak bisa berkomentar lebih jauh, apakah ini akibat kurang matangnya perencanaan atau kurangnya pengawasan, saya sendiri tidak tahu, yang jelas jembatan ini memakai redymix ukuran FC 35, sehingga kalau diduga akibat kurang kuat nya coran jelas salah, redimix yang kita pakai ini kualitas nya bagus," tegasnya saat melakukan pengecekan ke lokasi.
Editor : Irfan Ramdiansyah
Artikel Terkait