"Alhamdulillah hingga saat ini banyak dukungan dari masyarakat dan berharap menjadi sebuah berita yang positif buat Pangandaran," ungkapnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Pangandaran Ujang Endin Indrawan yang hadir dalam acara tersebut mengatakan, hajat laut ini merupakan satu bentuk rasa syukur khususnya masyarakat pesisir pantai terhadap nikmat yang Allah SWT berikan.
Adapun syukuran ini diisi oleh serangkaian acara seperti doa bersama, makan bersama dan acara lain seperti Larung.
"Menurut saya, ini adalah suatu budaya yang memiliki nilai - nilai budaya lokal yang baik," ujar Ujang kepada sejumlah wartawan seusai doa bersama dalam serangkaian hajat laut.
Budaya hajat laut ini, kata Ujang, jika dilihat dari segi kacamata pariwisata menjadi daya tarik wisata yang bisa menjadi kalender pariwisata.
"Nantinya, bisa menarik wisatawan untuk datang ke Pangandaran," ungkapnya.
Namun, makna budaya hajat laut ini tidak boleh bertentangan dengan agama dan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai akidah.
"Kita maknai tradisi ini memiliki nilai positif, karena larung itu merupakan budaya hasil olah pikir manusia yang dilakukan secara terus-menerus," ucap Ujang.
Dilain pihak Ketua Federasi Olahraga Keresai Budaya Indonesia (FOKBI) Kabupaten Pangandaran, Hj. Ida Farida mengatakan, hajat laut ini menjadi tradisi tahunan yang memang melekat dengan masyarakat Pangandaran.
"Tentu, ini harus diapresiasi dan setiap tahun harus tetap ada," pungkasnya.
Editor : Irfan Ramdiansyah
Artikel Terkait