Setelah membangun sekolah dan universitas, atas dasar kedermawanan, mereka mendirikan baitul mal untuk memerangi kemiskinan dan membantu fakir miskin serta janda.
Pemuda yang tidak memiliki pekerjaan dilatih untuk mengelola perkebunan, bahkan mengirim hasil produksinya ke luar negeri. Saat panen, seluruh masyarakat diberi paket sayuran. Di awal Ramadan, ada buka puasa bersama bagi penduduk desa, serta perlengkapan pernikahan bagi gadis yatim.
Sholah yakin memulai usaha bersama Allah tidak akan merugikan. Dari hanya mencari keuntungan di dunia, ia beralih memberikan segalanya kepada Allah.
Karena jasanya yang luar biasa, Sholah Athiyah tetap dikenang hingga kini. Bahkan ketika wafat, lebih dari setengah juta orang mengiringi jenazahnya ke pemakaman.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait