Menurut salah seorang petani, waridi mengatakan, banjir merendam sawah ini sering terjadi dalam setiap tahunnya, dan sudah biasa, mau tidak mau kalau sudah waktunya panen bagaimana pun caranya harus tetap di panen, karena khawatir padi malah membusuk jika terus terendam air.
"Ini sudah terbiasa, mau tidak mau kalau sudah waktunya panin bagaimana pun caranya harus tetap di panin," ucapnya.
Kalau yang siap panen, kata Waridi, ada sekitar 10 hektaran, dan yang belum panen sekitar 50 hektaran, belum lagi di lokasi- lokasi lainnya di Desa Ciganjeng hingga ratusan hektar sawah.
"Untuk ketinggian air saat ini dari 70 cm hingga 1 meter,"ujar Waridi.
Menurutnya, kalau banjir sudah biasa ia gunakan kredek (perahu plastik) untuk mengangkut padi ke jalan atau tanggul yang lebih tinggi. Yang ditakutkan kalau tidak segera di ambil padinya malah akan membusuk.
"Ini kan selalu terjadi dalam setiap tahunnya, sedangkan surutnya pun kadang lama, Karena sungainya juga penuh,"kata Waridi.
Kalau daerah hulu seperti Tasik, Ciamis dan Banjar terus-terusan di guyur hujan, biasanya air citanduy akan meluap karena tidak bisa menampung debit air, sehingga meluap ke pemukiman dan juga sawah.
" Kami berharap kedepannya ada solusi atau perhatian dari pemerintah, dengan adanya alat pembuangan air agar lebih cepat ke sungai Citanduy atau dengan melakukan sodetan," pungkasnya.
Editor : Irfan Ramdiansyah
Artikel Terkait