Ketua Yayasan Himatera Ditahan! 94 Pasien Gangguan Jiwa Terancam Tak Terurus

Dari tangan dingin itulah, lahir Yayasan Himatera. Perlahan tapi pasti, tempat itu menjadi rumah bagi mereka yang terpinggirkan, ditinggalkan keluarga, atau bahkan dibuang karena dianggap gila.
Namun, roda nasib berputar cepat. Kini, D justru duduk di kursi pesakitan. Ia ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus penelantaran pasien yang berujung maut.
Kasus ini menjadi sorotan publik. Banyak pihak menduga ada kelalaian dalam sistem pengelolaan yayasan, sementara sebagian lainnya yakin D hanyalah korban dari situasi yang tak terkendali.
“Yang bisa menenangkan dan mengendalikan pasien-pasien di sana hanya D. Sekarang beliau ditahan, kami takut keadaan jadi tak terurus,” tutur Miftah lirih.
Ia menegaskan, langkah hukum akan dihadapi dengan terbuka, namun pihaknya juga akan mengajukan penangguhan penahanan, dengan alasan kemanusiaan.
Kini, 94 pasien ODGJ di yayasan itu seperti kehilangan sosok penuntun. Beberapa relawan mengaku kewalahan mengatur pasien yang mulai gelisah setelah mendengar kabar sang “Bapak Jiwa” ditahan.
“Sejak beliau tidak ada, suasana di dalam jadi kacau. Mereka mencari-cari D, ada yang menangis, ada yang marah. Kami benar-benar kewalahan,” ujar salah seorang relawan yang enggan disebutkan namanya.
Situasi ini membuat banyak pihak mendesak Pemkab Pangandaran untuk turun tangan. Miftah pun berharap Bupati Pangandaran segera mengambil langkah konkret agar pasien-pasien tersebut tidak menjadi korban berikutnya.
Miftah menambahkan, perjuangan D selama ini tidak bisa dihapus begitu saja oleh satu kasus.
“Kami akan terus mendampingi beliau secara hukum. Tapi yang lebih penting, jangan sampai para sahabat jiwa di Himatera dibiarkan tanpa perhatian. Mereka manusia, mereka butuh kasih sayang,” tegasnya.
Kasus ini menjadi tamparan keras bagi banyak pihak: pemerintah, masyarakat, dan para pegiat sosial. Yayasan seperti Himatera seharusnya mendapat dukungan, bukan justru ditinggalkan ketika badai datang.
Kini, di balik jeruji besi, D hanya bisa berharap keadilan berpihak padanya. Sementara di luar sana, puluhan jiwa yang pernah diselamatkannya terus menatap kosong menanti kabar, menanti kepastian, menanti sosok yang dulu mereka panggil “Ayah.”
Editor : Irfan Ramdiansyah