Dari Pangandaran ke Jagat Maya: Emak Irna Nyerenteng, Kang Dedi Mulyadi Buka Suara

PANGANDARAN, iNewsPangandaran.id - Sosok Emak Irna kembali Viral di jagat maya. Dalam video yang beredar luas di TikTok, perempuan paruh baya asal Pangandaran itu tampil dengan gaya khasnya yang ceplas-ceplos, menyentil soal gerakan “Rereongan Sapoe Sarebu (Poe Ibu)” yang disebut-sebut berlandaskan SE No. 1499/PMD.03.04/KESRA.
Dengan logat Sunda yang kental, Emak Irna berbicara tanpa tedeng aling-aling.
“Teruntuk Bapak Aing, Kang Dedi Mulyadi, Gubernur Jawa Barat-nya. Ema hayang ngecoblak badag yeuh, Pak. Urusan jeung surat edaran tentang gerakan Rereongan Sapoe Sarebu atawa Genan Poe Ibu, anu didinya ceuhna ngahimbau rakyat, ti mimiti tingkat RT, sakola, ASN, masyarakat kabeh kudu nyisihkeun duit sapoe sarebu. Bapak Aing, Ema teu satuju. Katilieur, ieu kebijakan téh lieur, Ema mah. Cabut we, pokoknamah!”
Unggahan itu sontak menyulut reaksi beragam. Banyak yang mendukung keberaniannya, namun tak sedikit pula yang menilai cara penyampaiannya terlalu blak-blakan.
Tapi satu hal pasti video itu sukses membuat nama Emak Irna melambung, bahkan sampai menarik perhatian Kang Dedi Mulyadi.
Lewat akun media sosialnya, mantan Bupati Purwakarta yang dikenal dengan gaya khas “nyunda elegan” itu menanggapi dengan kalimat menyejukkan namun tetap tegas. Kang Dedi tidak membantah adanya gerakan sosial itu, tapi ia menegaskan bahwa tidak ada unsur paksaan di dalamnya.
“Buat emak yang baik hati, anu bager, anu pinter, anu soleh. Emak, saya tidak mungut uang seribu untuk dikumpulin ke gubernur yang bermilyar-milyar bertriliun-triliun ini,” ujar Kang Dedi dalam videonya.
“Kalau emak mau, silakan. Kalau enggak juga enggak apa-apa. Uang itu bisa disimpen di unit kerja emak, untuk kas sosial. Kalau ada warga sakit, mau melahirkan, atau anak sekolah nggak punya seragam, dari situ bisa dibantu. Jadi santai saja, Mak,” lanjutnya menenangkan.
Kang Dedi pun menambahkan, sejak dulu gerakan sosial seperti ini sudah ada di sekolah-sekolah siswa patungan membantu teman yang sakit atau kekurangan. Prinsipnya, gotong royong tanpa paksaan.
“Kalau ada yang nggak mau ikut, nggak apa-apa. Tapi kalau di kampungnya gak bisa bangun solidaritas sosial, ya gimana?” ucapnya sambil tersenyum.
Pernyataan Kang Dedi ini langsung disambut hangat warganet. Banyak yang menilai, sikapnya menunjukkan kedewasaan dan keteladanan seorang tokoh yang tahu betul cara meredam polemik tanpa harus membungkam kritik.
Sementara itu, fenomena “Emak Irna nyerenteng” dianggap sebagai bentuk nyata keberanian masyarakat bawah bersuara. Tak hanya di dunia nyata, tapi juga lewat media sosial yang kini menjadi wadah ekspresi rakyat kecil.
“Emak-emak itu bukan cari sensasi. Mereka cuma ingin didengar,” tulis salah satu komentar netizen yang viral.
Namun di balik sorotan publik, banyak pula pihak yang berharap agar suara-suara seperti Emak Irna ini tidak berhenti di ruang digital semata.
Pemerintah daerah diimbau agar menjadikan kritik warga sebagai bahan introspeksi dalam menata kebijakan sosial ke depan. Sebab dari mulut polos seorang emak, seringkali keluar kejujuran yang tak dimiliki para pejabat berdasi.
Dan kali ini, Emak Irna telah membuktikan, suara rakyat kecil bisa mengguncang jagat maya sampai membuat Kang Dedi pun ikut turun tangan memberi penjelasan.
Sebuah potret kecil tentang bagaimana kritik, empati, dan kearifan lokal berpadu jadi satu dalam dinamika sosial masyarakat Pangandaran.
Editor : Irfan Ramdiansyah