Teriakan Petani Karangsari: Katanya Dukung Pangan, Tapi Jalan Kami Dibiarkan!

Marsudin menyindir keras program pemerintah soal ketahanan pangan yang hanya gencar di spanduk, tapi nol besar di lapangan.
“Katanya pemerintah dukung ketahanan pangan, tapi akses jalan petani aja dibiarkan rusak,” ujarnya dengan nada kesal.
Keluhan serupa datang dari Wanto (45), petani lainnya. Ia mengaku harga hasil perkebunan terjun bebas gara-gara jalan hancur.
“Kelapa harusnya Rp5 ribu per butir, di kebun cuma laku Rp3 ribu. Kayu log idealnya Rp600 ribu per kubik, malah jatuh jadi Rp300 ribu. Petani jelas rugi besar,” tegasnya.
Menurut Wanto, kerugian petani makin parah karena ongkos angkut meroket, sementara akses tak mendukung. Pendapatan pun merosot drastis!
Sementara itu, Kepala Desa Karangsari, Sukiman, tak menampik kondisi jalan memprihatinkan tersebut. Ia mengakui keresahan warganya sangat wajar.
“Dana Desa memang ada pos untuk ketahanan pangan, tapi tidak bisa dipakai untuk bangun jalan usaha tani. Kami pun masih menunggu aturan baru,” ujarnya.
Namun yang bikin warga makin kecewa, Sukiman menyebut pembangunan jalan baru bisa direalisasikan pada tahun 2027.
“Kami mengacu aturan pemerintah pusat. Mudah-mudahan ada regulasi baru tahun depan,” katanya.
Kini, petani Karangsari hanya bisa berharap pada janji pemerintah. Sementara itu, hasil kebun mereka terus tergerus harga, dan jalan menuju kebun tetap jadi kubangan derita.
Editor : Irfan Ramdiansyah