PANGANDARAN, iNewsPangandaran.id - Hujan deras tanpa henti selama tiga hari terakhir mengubah suasana tenang Kabupaten Pangandaran menjadi darurat banjir. Sungai Citanduy meluap, merendam pemukiman, areal sawah, hingga jalur utama yang menghubungkan Pangandaran dengan wilayah perbatasan Jawa Tengah.
Banjir meluas di sejumlah kecamatan, terutama Kalipucang dan Padaherang, dua wilayah yang kini jadi sorotan karena terendam hingga sepinggang orang dewasa.
Jalan provinsi di Kalipucang terendam. Kendaraan pribadi dan roda dua banyak yang terpaksa berhenti karena tak mampu menerjang genangan air yang mengular di sepanjang jalur utama menuju Pelabuhan Majingklak.
Warga tampak berjibaku menyelamatkan barang-barang berharga, sementara sebagian lainnya memilih bertahan di rumah meski air sudah masuk ke ruang tamu. Di beberapa titik, warga mendirikan tenda darurat di atas tanggul sebagai tempat berlindung.
Luapan air berasal dari debit kiriman dari wilayah hulu, Kabupaten Ciamis, Kota Banjar, dan Tasikmalaya yang tak lagi tertampung di Sungai Citanduy. Akibatnya, air meluber dan merangsek ke permukiman warga di bantaran sungai.
Di Kecamatan Padaherang, Dusun Sukasari Desa Sukanagara menjadi salah satu titik terparah dengan 23 rumah dan sekitar 40 jiwa terdampak. Sementara di Blok Sidamulya Desa Ciganjeng, terdapat 8 rumah yang terendam dengan total sekitar 80 jiwa yang kini menghadapi hari-hari sulit di tengah genangan.
Tinggi air bervariasi, mulai dari sepa-ha hingga mencapai satu meter. Total 181 rumah dilaporkan terdampak di dua kecamatan ini 31 rumah di Padaherang dan 150 rumah di Kalipucang.
Salah satu warga Kalipucang, Anang Pring, mengaku air mulai naik sejak tiga hari lalu dan makin parah karena tidak adanya tanggul pengaman.
“Air mulai merendam jalan juga pemukiman dari tiga hari kebelakang yang diakibatkan luapan sungai Citanduy karena tidak adanya pengaman tanggul sehingga meluap ke jalan juga pemukiman. Untuk saat ini bagi kendaraan yang tinggi masih bisa melintas, tapi yang pendek tidak bisa. Harapannya dibuatkan tanggul seperti di wilayah Jawa Tengah,” ujarnya dengan nada pasrah namun penuh harap.
Sementara itu, di wilayah Padaherang, Karsitem, salah satu korban banjir, mengungkapkan ketegangan yang ia alami saat air datang pada malam hari.
“Air datangnya malam hari dan masuk ke rumah, sebagian warga mengungsi ke tanggul. Kami sangat cemas juga takut, untuk saat ini mending bertahan dulu di tanggul,” katanya dengan wajah lelah.
Pemerintah desa bersama unsur TNI dan Polri langsung turun tangan meninjau lokasi. Mereka membantu evakuasi warga serta memastikan bantuan logistik tersalurkan.
Hikmat Priatna, Plt Camat Padaherang, menegaskan pihaknya sudah memantau langsung situasi di dua desa terdampak.
“Dari forum kecamatan saat ini sedang dilakukan monitoring di dua desa, Sukanagara dan Ciganjeng. Ada sejumlah warga yang mengungsi dan ada juga yang masih bertahan di rumahnya masing-masing. Kami mengimbau agar warga tetap waspada,” ungkapnya.
Hikmat menambahkan, banjir di wilayahnya bukan hal baru. Setiap musim hujan tiba, Padaherang dan Kalipucang selalu jadi langganan genangan. Namun pemerintah berjanji akan memperkuat upaya mitigasi bencana agar kejadian serupa tak terus berulang.
Warga kini berharap agar penanganan tidak sekadar tanggap darurat sesaat, tapi juga menyentuh akar masalah seperti pembuatan tanggul permanen dan normalisasi aliran sungai yang kian dangkal.
Genangan air di beberapa titik mulai surut, namun cuaca ekstrem masih mengintai. Awan gelap kembali menggantung di langit Pangandaran sore tadi, mengisyaratkan potensi hujan lanjutan yang bisa memperparah kondisi.
Sementara itu, aktivitas ekonomi warga lumpuh total. Para petani mengaku resah karena sawah mereka berubah menjadi kolam dadakan. Pedagang kecil terpaksa menutup warung, dan anak-anak tak bisa bersekolah karena akses jalan terputus.
Pangandaran kini menanti langkah nyata pemerintah daerah. Bukan hanya tanggul, tapi juga tindakan cepat agar warga tak terus dihantui banjir tahunan.
Editor : Irfan Ramdiansyah
Artikel Terkait
