PANGANDARAN, iNewsPangandaran.id - Siapa sangka, tangan yang dulu akrab dengan lumpur sawah kini menulis teori pertanian di kampus ternama. Itulah kisah Tahmo Cahyono, pria sederhana asal Pangandaran, Jawa Barat, yang kini menyita perhatian dunia akademik.
Dulu, Tahmo hanyalah petani biasa yang berjuang di bawah terik matahari. Tapi hari ini, namanya berkibar sebagai dosen kehormatan sekaligus pemateri nasional di ajang Farmers Go to Campus 2025 di Makassar.
Dari sawah ke ruang kuliah, perjalanan hidupnya bagai film inspiratif yang benar-benar nyata!
Selama 13 tahun lebih, Tahmo bergelut di dunia pertanian bersama Jamtani (Jaringan Masyarakat Tani Indonesia) komunitas yang jadi tempat lahirnya banyak inovasi pertanian hijau.
Di sinilah Tahmo menimba ilmu, bukan dari bangku kuliah bergengsi, tapi dari tanah, keringat, dan semangat sesama petani yang tak pernah padam.
“Saya tidak pernah menyangka bisa sampai ke titik ini,” ungkap Tahmo dengan mata berbinar.
“Berkat Jamtani, saya bisa belajar, bertemu mahasiswa dan dosen dari berbagai daerah, dari Sumatera, Kalimantan, sampai Jawa Tengah.”
Kisahnya jadi bukti, bahwa ilmu bukan hanya milik mereka yang berjas dan berdasi. Di balik kulit legam dan tangan kasar para petani, tersimpan kecerdasan yang tak kalah tajam dari sarjana mana pun.
Menurut Tahmo, kekuatan Jamtani terletak pada disiplin, tanggung jawab, dan penerapan teknologi ramah lingkungan. Ia menegaskan, petani masa kini tak boleh lagi terjebak pada cara lama.
“Kalau mau bertahan, kita harus berinovasi. Alam sudah berubah, iklim makin ekstrem. Kalau tidak beradaptasi, kita yang akan punah,” tegasnya lantang.
Dalam presentasinya di Universitas Hasanuddin, Makassar, Tahmo tak sekadar berbicara soal padi dan pupuk. Ia bicara soal masa depan bumi.
Ia mengingatkan, banyak petani masih belum sadar dampak buruk praktik konvensional yang bisa mempercepat kerusakan alam.
“Kita tidak bisa terus menyalahkan cuaca. Yang harus berubah adalah cara kita mengolah tanah,” katanya di depan ratusan mahasiswa yang tertegun mendengarkan.
Kini, nama Tahmo Cahyono menjadi inspirasi baru bagi petani di seluruh Indonesia. Dari tanah becek hingga podium kampus, ia membuktikan satu hal, bahwa petani bukan sekadar profesi, tapi panggilan jiwa yang bisa mengubah masa depan bangsa.
Dengan langkah tegap dan suara bergetar, Tahmo terus mengajak petani Indonesia untuk bangkit, belajar, dan berinovasi.
“Kalau saya yang cuma petani dari Pangandaran bisa sampai di sini, berarti semua petani Indonesia pun bisa!” serunya penuh semangat.
Perjalanan Tahmo bukan cuma kisah sukses pribadi ini adalah tamparan lembut bagi siapa pun yang meremehkan petani.
Dari cangkul menuju podium, ia membuktikan bahwa cita-cita besar bisa tumbuh di ladang kecil asal disiram dengan tekad yang besar.
Editor : Irfan Ramdiansyah
Artikel Terkait
