PANGANDARAN, iNewsPangandaran.id - Malam itu, udara dingin bercampur aroma tanah basah, tapi suasana di lapangan desa justru terasa hangat dan penuh tawa. Dari kejauhan, cahaya petromak berpendar, menandakan layar tancap persembahan perusahaan jamu siap diputar.
Warga dari berbagai penjuru desa datang berbondong-bondong, membawa tikar, termos air panas, serta kopi dan teh hangat untuk menemani malam panjang yang dinanti.
Bagi warga Pangandaran era 80-an, layar tancap bukan hanya tontonan, tapi juga hiburan rakyat. Yang bikin tambah seru, acara ini bukan sembarangan. Biasanya digelar oleh perusahaan jamu, lengkap dengan pembawa acara berpeci dan hadiah sabun atau jamu sachet untuk penonton yang beruntung.
Dan jangan salah, yang datang bukan cuma anak muda, tapi juga cicit, kakek-nenek, bahkan buyut ikut nimbrung di atas tikar di bawah bintang.
“Waktu itu mah ramai pisan, semua warga datang. Salah satunya sering di lapangan Cikangkung, Cikembulan," kenang Eti Kuswati (60), warga Desa Cikembulan, Kecamatan Sidamulih, Kabupaten Pangandaran, sambil tersenyum getir mengingat masa-masa itu.          
          
          
Editor : Irfan Ramdiansyah
Artikel Terkait
