Pertemuan itu berlangsung panas, namun menghasilkan tiga kesepakatan penting yang dianggap sebagai titik terang perjuangan para petani:
1. Membentuk Lembaga Reforma Agraria (RA) untuk mempercepat penyelesaian masalah tanah di Indonesia.
2. Membuat peta terpadu lintas kementerian dan lembaga negara, agar tumpang tindih lahan tak lagi jadi alasan konflik.
3. DPR membentuk Panitia Khusus (Pansus) untuk menyelesaikan konflik agraria yang selama ini membelit rakyat kecil.
Arif Budiman, Dewan Syuro Serikat Petani Pasundan (SPP) asal Pangandaran yang turut hadir dalam aksi, menegaskan perjuangan ini bukan sekadar seremoni tahunan.
“Kami datang jauh-jauh ke Senayan untuk memastikan suara petani benar-benar didengar. Reforma agraria sejati adalah harga mati. Tanpa itu, jangan bicara kedaulatan pangan,” tegas Arif melalui pesan WhatsApp.
Arif juga menambahkan bahwa perjuangan panjang petani ini akan terus berlanjut, hingga janji-janji manis yang sudah diucapkan pejabat tinggi negara benar-benar diwujudkan di lapangan.
Aksi yang dimulai sejak pagi hingga sore hari itu diwarnai orasi berapi-api, teatrikal perampasan tanah, serta unjuk rasa damai yang menyedot perhatian publik.
Jakarta bergemuruh, Senayan bergetar, dan suara petani dari kampung-kampung kembali mengguncang pusat kekuasaan.
Editor : Irfan Ramdiansyah
Artikel Terkait