Malam itu, Lapang Mako Polres Pangandaran berubah jadi lautan manusia. Warga dari berbagai desa berdatangan sejak sore, membawa anak, suami, istri, bahkan nenek-nenek pun ikut duduk bersila, menanti penampilan yang langka tapi membekas.
Tak ketinggalan, beberapa warga ikut naik ke panggung dan berjoget bersama ronggeng. Sorak sorai menggema, kamera ponsel mengabadikan momen langka, di mana rakyat dan aparat bergandengan tangan, bergoyang dalam damai.
“Sudah lama nggak ada hiburan begini. Apalagi ronggeng, dulu waktu kecil suka nonton di kampung. Sekarang anak saya bisa lihat juga,” ucap Bu Euis (46), warga Desa Pananjung, sambil mengelap air mata haru.
Tak hanya ronggeng, acara juga diramaikan dengan pameran UMKM, bazar makanan rakyat, serta layanan kesehatan gratis siang. Semua bisa dinikmati warga tanpa dipungut biaya. Sebuah pesta besar, untuk rakyat dari rakyat, bersama Bhayangkara.
Kemeriahan ini menandai semangat Polri yang humanis dan inklusif. Bukan hanya pasang badan saat tugas berat, tapi juga hadir menyemai bahagia di tengah masyarakat.
HUT Bhayangkara ke-79 di Pangandaran tak hanya jadi peringatan formal. Ia berubah jadi pesta budaya, panggung kebersamaan, dan bukti nyata, “Polisi itu sahabat rakyat, bukan hanya di slogan, tapi di lapangan nyata".
Editor : Irfan Ramdiansyah
Artikel Terkait