Tentu, adanya BBG ini bisa memangkas dan meminimalisir anggaran untuk biaya yang biasa dikeluarkan pelaku usaha pertanian.
"Biaya operasional itu lebih ringan dan lebih menguntungkan bagi para petani," katanya.
Sementara untuk teknis penggunaan yakni sediakan gas Elpiji 3 Kg, regulator, selang gas, kontak on off untuk masuk keluarnya gas, terus masuk ke Konverter Kit BBG, kemudian selang dimasukkan ke Manipol.
"Terus, kita coba nyalakan mesin sambil menyetel di konverter kit. Biasanya petani akan kesusahan di penyetelan konverter kit- nya. Tapi, kita siap bantu," ucap Kiswan.
Ketua kelompok Tani di Desa Ciganjeng, Tahmo Cahyono mengatakan, adanya inovasi penggunaan BBG ini sangat membantu bagi para petani.
"Yang biasa tadinya kita mengeluarkan anggaran dalam satu hari membeli BBM 5 sampai 6 liter, sekarang cukup dengan tabung gas elpiji 3 Kg bisa untuk 2 hari," ujarnya.
Jadi, inovasi baru ini sangat membantu bagi Petani di tempatnya. Apalagi, sekarang mulai kemarau sumber air dari irigasi tidak ada.
"Tentu, adanya BBG untuk menyalakan mesin pompa kita bisa mengambil dari sungai - sungai atau kolam untuk mengairi lahan persawahan," ungkapnya.
Dengan adanya inovasi ini, Ia berharap Pemerintah Pusat sampai ke tingkat Desa bisa membantu para petani di Pangandaran.
"Khususnya, dalam bentuk bantuan pengurangan pemakaian BMM dan berpindah ke BBG," pungkasnya.
Editor : Irfan Ramdiansyah