Sungai Citanduy Meluap, Ratusan Hektar Sawah Di Pangandaran Terendam

Eris Riswana
700 hektar sawah terendam akibat luapan sungai Citanduy. ( Foto: iNewsPangandaran.id/Eris Riswana)

PANGANDARAN, iNewsPangandaran.id - Sungai Citanduy meluap dan merendam ratusan hektar sawah di dua Desa di Kabupaten Pangandaran Jawa barat. Intensitas hujan yang tinggi menyebabkan debit air sungai Citanduy terus meningkat.

Areal persawahan yang terendam tersebut berada di Desa Ciganjeng Kecamatan Padaherang dan Desa Tunggilis Kecamatan Kalipucang.

Sedikitnya sekitar 700 Hektar sawah yang siap panin terendam air luapan sungai Apur dan Ciseel yang bersumber dari sungai Citanduy.

Diketahui, akhir-akhir ini curah hujan sangat tinggi di daerah hulu, serta wilayah Kabupaten Pangandaran dan sekitarnya. Akibatnya debit air ke daerah hilir meningkat menyebabkan sungai Citanduy meluap dan masuk ke anak sungai ( Apur - Ciseel) karena tidak bisa menampung debit air, kiriman dari wilayah lain.

Air dari anak sungai pembatas antar dua Desa di dua Kecamatan, yakni Desa Ciganjeng Kecamatan Padaherang dan Desa tunggilis Kecamatan Kalipuncang, hingga sore hari masih terus mengalir ke area pesawahan.

Para petani pun terlihat nampak mepercepat panin padi mereka, karena khawatir air akan terus membesar.

Kastam petani asal Ciganjeng mengatakan, sawah miliknya saat ini sedang di panin namun dengan kondisi air dari kali terus masuk ke pesawahan, dirinya pun mengerjakannya dengan cepat atau buru - buru.

"Ya posisinya lagi di panin, ya ngebut biar cepet usai, ditakutkan air terus bertambah dan makin membesar hingga padi kerendam," ucapnya saat di temui di lokasi sawah miliknya, Jumat 05 Mei 2023.sore.

Menurutnya, harus di ambil padinya sekarang-sekarang kalau sudah ke rendam akan sangat sulit.

" Saat ini saja setelah di arit (potong) padinya itu langsung di tarik ke lokasi yang tinggi (tanggul) dengan menggunakan karung atau terpal,"ujarnya.

Mudah-mudahan ada solusinya, kalau bisa dengan segera di perbaiki tanggulnya.

Sementara itu menurut Petani Asal Desa Tunggilis Dakim mengatakan, memang tidak ada kesulitan di saat proses perontokannya meskipun harus dengan di tarik ke lokasi paling tinggi.

"Yang biasanya pengerjaannya di sawah, namun sekarang di tanggul yang tinggi karena sawahnya terendam,"ungkapnya.

Kita tarik, kata Dakim, dengan menggunakan terpal dan di rontoknya di lokasi yang tinggi (tanggul) yang tidak terendam air.

"Untuk terpalnya atau alas padinya baru beli karena urgent,"ujar Dakim.

Ia pun sangat berharap, hal ini segera di tanggulangi, agar para petani tidak selalu di bayang-bayangi dengan banjir saat mau panin.

"Karena ini rutin setiap tahunnya pasti seperti ini," pungkasnya.

Editor : Irfan Ramdiansyah

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network