Biasa Scroll TikTok, Kini Nyemprot Api! Program Horison Kids Move Tampar Anak Mager Zaman Now!
 
              
             
             PANGANDARAN, iNewsPangandaran.id - Siapa bilang liburan anak harus di depan layar ponsel? Hotel Gand Palma Horison Pangandaran justru menantang itu semua lewat program “Horison Kids Move Weekend Retreats”, sebuah gebrakan yang bikin bocah-bocah melepaskan jari dari gadget dan kembali menyentuh tanah, daun, dan... bahkan semprotan air pemadam kebakaran!
Sejak pagi buta, suasana lobi hotel sudah riuh rendah. Bukan suara notifikasi TikTok, tapi tawa anak-anak yang bersiap menjelajah alam. Dengan ransel kecil dan topi petualang, rombongan mungil ini melangkah menuju Taman Wisata Alam Pangandaran, salah satu kawasan konservasi yang masih perawan di tepi pantai selatan Jawa Barat.
Begitu masuk kawasan hutan, mata langsung dimanjakan oleh hijaunya pepohonan dan suara monyet-monyet yang bergelayut di dahan.
“Itu rusanya, itu rusanya!” teriak seorang bocah sambil menunjuk hewan yang berlari kecil di sela pohon. Pemandu pun mengajak mereka belajar mengenal satwa liar dan fungsi kawasan konservasi pelajaran yang jarang mereka temukan di balik layar tablet.
Tak cukup sampai di situ, perjalanan berlanjut ke Pasir Putih, ikon wisata legendaris Pangandaran. Di tengah perjalanan, rombongan berhenti di Gua Jepang, peninggalan masa perang yang masih menyimpan kisah misteri.
“Wah, ada suara tembakannya enggak, Om?” celetuk salah satu anak yang sontak bikin yang lain tertawa heboh. Setibanya di Pasir Putih, suasana makin hidup. Ada yang main pasir, ada yang sibuk cari kerang, ada juga yang berpose bak influencer cilik dengan latar laut biru.
Dan ketika mereka kembali dengan perahu, semilir angin laut jadi saksi betapa liburan kali ini bukan sekadar “jalan-jalan”, tapi petualangan sesungguhnya.
Agenda berikutnya bikin suasana makin riuh. Di area workshop, anak-anak duduk rapi di depan meja kayu dengan selembar kain putih, beberapa daun, dan... palu kayu!
Ya, ini adalah workshop batik daun alias ecoprint cara membatik yang ramah lingkungan tanpa lilin panas dan canting. Mereka menyusun daun di atas kain, lalu mulai memukulnya dengan semangat. Tak-tok-tak-tok! suara palu bersahut-sahutan, tawa pun pecah setiap kali motif daun tercetak jelas di kain.
“Wah, daun jambu jadi cantik banget!” seru seorang bocah perempuan yang tangannya belepotan warna alami.
Dari kegiatan sederhana itu, anak-anak belajar mencintai alam, menghargai proses, dan mengenal seni dengan cara yang menyenangkan. Siapa sangka, dari pukulan kecil palu kayu bisa lahir karya yang memikat hati?
Belum selesai keringat kering, kejutan lain menanti anak-anak diajak naik mobil pemadam kebakaran! Dengan seragam mini dan helm merah mengilap, mereka tampak seperti “mini firefighter” yang siap menyelamatkan dunia.
Sebelum keliling pantai, petugas damkar menjelaskan tentang tugas pemadam kebakaran, fungsi alat pelindung diri, hingga cara menghadapi api. Tapi puncak keseruan datang ketika mereka memegang langsung selang air dan menyemprotkan ke arah tungku api kecil.
“Seru banget! Aku pengin lagi!” teriak Kenzie, salah satu peserta yang wajahnya masih basah oleh cipratan air.
Di momen itu, semua tawa, cipratan, dan sorak-sorai melebur jadi satu seperti membakar jarak antara dunia digital dan dunia nyata yang makin renggang bagi anak-anak masa kini.
Vice President Commercial Horison Hotel Group, Refino Mutshernar, menyebut program ini lahir dari keprihatinan akan ketergantungan anak terhadap gadget.
“Kami ingin mengembalikan masa kecil anak-anak bergerak, berkeringat, dan belajar langsung dari alam,” ujarnya.
Ia menambahkan, program “Horison Kids Move” sudah diterapkan di berbagai resort Horison di Indonesia, masing-masing menyesuaikan dengan karakter geografis setempat.
“Kalau di Pangandaran fokusnya ke pantai dan konservasi, di Dieng kita ajak anak-anak memanen stroberi,” tambahnya.
Hotel Gand Palma Horison sukses membuktikan bahwa wisata keluarga tak melulu soal kolam renang atau sarapan buffet. Mereka menghadirkan petualangan yang menyentuh sisi emosional dan edukatif anak-anak, mengajarkan bahwa liburan bisa sekaligus jadi pelajaran hidup.
Di tengah maraknya wisata instan, konsep seperti ini jadi angin segar. Anak-anak bukan cuma pulang dengan oleh-oleh pasir di sepatu, tapi juga membawa kenangan tentang alam, seni, sejarah, dan kerja sama.
Mungkin, di era anak-anak sibuk “scrolling” tanpa henti, inilah bentuk nyata dari “reset kecil” yang membuat mereka kembali paham bahwa dunia nyata jauh lebih seru daripada layar ponsel.
Editor : Irfan Ramdiansyah
 
                          
                                      
                                      
                                      
                                      
                                      
                                      
                      
                                  
                                  
                                  
                                  
                                  
                                 