SD Tepi Tilar, Inovasi Puskesmas Padaherang untuk Deteksi Dini Penyakit Tidak Menular

PANGANDARAN, iNewsPangandaran.id - Penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi, diabetes, dan jantung koroner kini menjadi penyebab utama kondisi gawat darurat di masyarakat. Namun ironisnya, sebagian besar penderita baru menyadari penyakitnya ketika sudah masuk fase kronis.
Menjawab tantangan ini, Kepala UPTD Puskesmas Padaherang, Suryati, SKM, M.Si, menggagas sebuah inovasi pelayanan kesehatan yang diberi nama SD Tepi Tilar atau Skrining Dini Temukan Penyakit Tidak Menular.
Dalam wawancara khusus, Suryati menjelaskan bahwa program ini lahir dari keprihatinan terhadap minimnya kesadaran masyarakat akan pentingnya deteksi dini penyakit, ditambah dengan sulitnya akses ke fasilitas kesehatan di wilayah kerjanya.
“Wilayah kerja kami cukup luas, dan tidak semua warga bisa dengan mudah datang ke puskesmas. Ditambah lagi, kesadaran untuk periksa kesehatan masih rendah. Maka kami yang harus mendekat, bukan menunggu,”tutur Suryati, Kamis (6/6).
Berbekal semangat pelayanan paripurna, SD Tepi Tilar hadir sebagai pendekatan proaktif dari tim Puskesmas Padaherang. Mereka turun langsung ke desa-desa, mendatangi warga yang belum tersentuh layanan skrining, dan melakukan pemeriksaan kesehatan sederhana di tempat.
“Kita temui langsung warga di dusun-dusun. Cek tekanan darah, gula darah, edukasi soal risiko penyakit tidak menular. Kalau ditemukan indikasi, kita lanjutkan ke tindak lanjut,”jelas Suryati.
Kegiatan ini juga menjadi momen edukasi penting, terutama bagi warga yang belum memiliki BPJS Kesehatan. Menurut Suryati, keberadaan jaminan kesehatan sangat menentukan keberlanjutan pengobatan penyakit kronis.
“Banyak warga belum tahu manfaat BPJS. Di lapangan, sambil skrining, kita juga dorong mereka untuk mendaftar BPJS agar bisa masuk ke program Prolanis,”tambahnya.
Inovasi SD Tepi Tilar tidak berjalan sendiri. Program ini terintegrasi dengan Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis) milik BPJS Kesehatan. Dengan data hasil skrining, tim medis bisa langsung mengidentifikasi siapa saja yang perlu masuk dalam kelompok Prolanis.
“Dulu kita hanya bisa menebak-nebak, tapi sekarang kita punya data. Jadi kita tahu siapa penderita hipertensi, siapa yang gula darahnya tinggi. Kita buatkan daftar peserta Prolanis berdasarkan hasil skrining ini,”jelas Suryati.
Dengan pendekatan ini, Puskesmas Padaherang tidak hanya melakukan pencegahan, tetapi juga pengelolaan penyakit secara berkelanjutan melalui pengawasan rutin, pemberian obat, serta edukasi berkala kepada pasien.
Bagi Suryati, SD Tepi Tilar bukan sekadar inovasi lokal, tetapi juga harapan besar agar pelayanan primer berbasis deteksi dini bisa diadopsi lebih luas, khususnya di wilayah-wilayah dengan tantangan geografis yang sama.
“Saya berharap puskesmas lain bisa mereplikasi program ini. Karena skrining dini itu kunci. Kita tidak bisa menunggu sampai warga datang dalam kondisi parah. Harus dicegah sejak awal,”tegasnya.
Ia menekankan bahwa keberhasilan program ini bukan hanya karena teknologi atau alat, tetapi karena pendekatan kemanusiaan dan kemauan untuk hadir di tengah masyarakat.
“Mendekati warga adalah galur kami. Melayani mereka dengan sepenuh hati adalah tanggung jawab kami. Bersama BPJS, kita melangkah menuju Indonesia yang lebih sehat,”pungkas Suryati.
Editor : Irfan Ramdiansyah