get app
inews
Aa Text
Read Next : Kisah Sholah Athiyah Pemuda Miskin Bermitra Bisnis dengan Zat Maha Perkasa, Hasilnya Mencengangkan

Miris Masih Banyak Kemiskinan di Pangandaran, Anak Malu Bawa Teman ke Rumah

Senin, 10 Juni 2024 | 18:38 WIB
header img
Miris Masih Banyak Kemiskinan di Pangandaran, Anak Malu Bawa Teman ke Rumah. ( Foto: iNewsPangandaran.id/Eris Riswana)

PANGANDARAN, iNewsPangandaran.id - Tidak tersentuh, seorang janda anak dua harus tinggal di rumah tidak layak huni, dan ia harus berjuang sendirian untuk mencukupi kebutuhan anaknya sekolah dan keperluan sehari-hari.

Diketahui, Ida Nuraida (45) warga RT/RW 1/1 Dusun Sopla Desa Karangmulya Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran, Jawa barat.

Dari pantauan iNewsPangandaran.id, nampak kondisi rumah tanpa atap dan terlihat semrawut, selain itu banyak puing - puing bangunan berserakan di sekitar bangunan rumah tersebut, bangkan kondisi dinding temboknya sudah banyak yang jebol atau roboh.

Menurutnya kondisi tersebut akibat dari guncangan gempa beberapa waktu lalu. Tidak hanya itu untuk mandi cuci dan kakus pun tidak ada.

"Ya kalau ingin mandi, mencuci dan buang air besar, harus jalan kaki sekitar 50 meter dari rumah, ya sama anak anak saja jalan kaki," Ucap Ida saat di wawancara, Senin 10 Juni 2024.

Selain itu, tempat untuk tidur pun menyatu dengan ruang dapur bersama anak-anak. Diketahui, dapur milik Ida hanya berukuran 3 x 3 meter yang dipenuhi perabotan rumah tangga dan pakaian anaknya dengan atap seng yang sudah rusak bolong berkarat.

Kalau hujan deras, kata Ida, jelas banyak air yang masuk ke ruangan tempat tidur apalagi jika ada hujan yang disertai angin kencang tidur pun menjadi was was.

"Saya hanya bisa berdoa, menghibur kepada kedua anak saya, dikala hujan agar anak anak bisa terlihat senang meskipun dalam kondisi tidak baik baik saja, bahkan sering bangun malam karena keciang bayangi dinding tembok takut roboh," Ujarnya.

Ida pun menyampaikan, rumah kecilnya dibangun sejak masih ada suaminya. Hanya karena keterbatasan anggaran, rumahnya dibangun dengan tidak menggunakan pondasi.

"Tidak lama dibangun kemudian atapnya ambruk, disusul gempa bumi 3 kali yang akhirnya dinding temboknya banyak yang ambrol," Kata Ida.

Lanjut Ida, pertama yang ambruk itu dibagian dapur, terus dinding ruangan tengah rumah. Dulu jendela kaca banyak yang pecah, tapi sisanya sekarang sudah dipindahkan. Dulu memang, pernah diajukan oleh Desa untuk pembangunan rumah tidak layak huni atau Rutilahu namun tidak jadi.

Dan kini seorang diri Ia harus mencari rezeki untuk menafkahi kedua anaknya yang masih di bangku sekolah dasar.

"Anak saya kan ada dua, yang kecil masih kelas 1 kalau satu lagi sudah kelas 6 SD dan mau sekolah SMP," ujarnya.

"Demi anak, apa pun di kerjakan kadang kalau disuruh nyuci sama tetangga sampai pulang malam saya dikasih Rp 25 ribu, kalau disuruh pijat saya kadang dikasih Rp 50 ribu. Ya, itu tergantung orangnya," tambah Ida.

Selain dari hasil kerjanya, Ida pun bersyukur, ada bantuan dari pemerintah berupa PKH dan beras sebanyak 10 kilogram per bulan.

"Cukup enggak cukup ya dicukupin saja. Beras 10 kilogram kadang buat sebulan juga masih ada, karena kita jarang makan," kata Ida.

Menurut ida, kadang masak nasi kadang tidak karena anak-anak suka makan dikasih sama orang - orang yang ada di sekitarnya.

"Kalau untuk uang jajan anak suka di kasih seadanya namun kadang anak anak suka mencari rongsok atau limbah, Saya pun tidak menyuruh kepada anak anak untuk mencari rongsok, itu kemauannya," Jelasnya.

Kondisi seperti ini Ida mengaku sudah ada setahun sejak diceraikan suaminya dan harus mencari rezeki untuk membiayai kedua anaknya.

"Saya hanya berharap memiliki rumah seperti halnya orang lain, meskipun tidak besar yang penting layak,"ungkapnya.

Layak ditempati anak- anak, bisa buat sembahyang, bisa buat belajar anak-anak dan di kala hujan bisa tidur dengan pulas tidak bocor.

Ditempat berbeda Kepala Desa Karangmulya Wahyuman mengatakan, dari pihak Desa sudah sempat mengusulkan ke Dinsos ke mana-mana hingga terealisasi bantuan Rutilahu namun terkendala biaya operasionalnya.

"Memang benar sangat memprihatinkan dengan kondisi rumah Ida dengan di tempati bersama kedua anaknya,"kata Wahyuman.

Menurutnya, boro-boro ngebangun sendiri yang intinya ibu Ida ini tanggung jawab pemerintah. Tidak hanya rumahnya saja, kata Wahyuman, kadang untuk kebutuhan pokok sehari hari saja, dia harus dibantu tetangganya.

Meskipun demikian, Ia pun dari Pemerintah Desa sudah berupaya untuk mengusulkan bantuan ke mana-mana.

"Tapi, sampai saat ini belum terealisasi," ucapnya.

Sebenarnya, kondisi bangunan rumah Ida hancur itu baru sekarang ini karena memang tidak ada pondasi kuat seperti memakai besi.

"Dan itu, dibangun sebelum saya menjadi kepala Desa di Karangmulya. Sekarang, malah makin hancur. Belum ditambah guncangan gempa bumi yang terjadi sebelumnya," ungkapnya.

Wahyuman pun bersama Kepala Dusun dan warga sekitar sudah inisiatif membongkar bangunan rumah yang berpotensi ambruk.

"Kami sudah berupaya, dan bahkan pada bagian dinding rumahnya kita bongkar yang tujuannya supaya tidak terlalu membahayakan. Daripada nanti ambruk menimpa penghuninya, kan lebih parah," Pungkasnya.

Editor : Irfan Ramdiansyah

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut