PANGANDARAN, iNewsPangandaran.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jawa Barat menggelar Drill Indian Ocean-Wave Tsunami Exercise (IOWave23), dimana IOWave23 ini merupakan sistem pelatihan dini gempa dan tsunami, Rabu 25 Oktober 2023.
Diketahui, kegiatan tersebut di selenggarakan 2 tahun sekali yang di ikuti oleh seluruh negara di pesisir samudra Hindia.
Latihan ini sangat tepat untuk melatih kesiapsiagaan terhadap peringatan dini gempa bumi dan tsunami khususnya di wilayah Pangandaran Jawa barat.
Selain itu juga untuk menguji kecepatan dalam merespon peringatan dini, yang sekaligus juga menguji kehandalan sistem peringatan dini tersebut. Untuk Jawa barat dilaksanakan di 2 lokasi diantaranya Pangandaran dan sukabumi.
Dan untuk di Pangandaran terbagi menjadi tiga titik yaitu di bandar udara Nusawiru Cijulang, Pelabuhan TPI Cikidang Babakan dan Pantai barat Pangandaran.
Kepala BMKG Jabar Teguh Rahayu Mengatakan, sangat penting sekali dilakukan di Pangandaran karena sangat tinggi potensinya terhadap gempa bumi dan tsunami.
"Karena Pangandaran ini dengan garis batas lautnya tidak berbatas hampir banyak daerahnya yang datar (rata),"ucapnya saat di wawancara di lokasi simulasi Bandara Nusawiru.
Menurutnya, untuk skenario saat ini karena di selatan Jawa timur potensi tsunaminya tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan skenario di pantai selatan pangandaran.
"Skenario saat ini, kata Teguh, di selatan Jawa timur dengan magnitudo sekitar 9,3 dan potensi ketinggian di Pangandaran 7, 4 meter untuk ketinggian tsunaminya," ucapnya.
Untuk peta skenario selatan Pangandaran potensi tsunaminya 10 Meter dengan kekuatan magnitudo gempa sekitar 7,6 untuk selatan Pangandaran.
"Kita tidak ingin terulang dengan peristiwa di tahun 2006 lalu, dengan kesiapsiagaan yang kurang dan itu menjadi pelajaran,"ujarnya.
Ia pun menambahkan, harus benar benar menguji kemampuan BPBD dengan merespon informasi gempa, bagaimana menyampaikan kepada steak holder, pemerintah daerah, dengan mengambil keputusan terkait evakuasi harus kemana dan bagaimana masyarakat demi zero viktim.
Di tempat yang sama Kordinator Unit Darurat dan Logistik BPBD Pangandaran Erik Wahyono mengatakan, ada dua teknik yang dilakukan dalam simulasi tersebut yaitu di dalam gedung dan diluar gedung. Banyak adegan yang dilakukan agar lebih memahami di saat terjadi gempa ataupun tsunami nantinya.
"Dengan mencari meja atau kursi yang kuat dan masuk kedalamnya atau bisa mendekati pinggir tembok beton dengan menempelkan badan,"ungkapnya.
Setelah di rasa gempa sudah aman, kata Erik, langsung berlari ke titik kumpul sementara sesuai dengan intruksi arahan petugas.
Sementara itu salah satu peserta simulasi Ade Kasmana mengatakan, dengan adanya simulasi gempa dan tsunami ini sangat penting dan bermanfaat bagi khalayak umum.
"Seperti masyarakat awam, yang namanya musibah tidak melihat orang pintar, atau tidak pintar,"imbuh Ade.
Mudah mudahan dengan adanya simulasi ini menjadi pembekalan buat masyarakat untuk antisipasi, paling tidak dengan pembekalan ini bisa meminimalisir angka musibah korban dari dampak musibah tersebut.
"Pangandaran dulu tahun 2006 sempat terjadi tsunami dan saya pun berada di tepian pantai dan masih bisa selamat hingga saat ini,"ujarnya.
Semua pihak terkait berjibaku saat itu hingga sekarang terus melakukan pembinaan - pembinaan hingga. "Setelah mendapatkan pembekalan, saat terjadi harus tetap tenang, waspada dan konsentrasi," pungkasnya.
Editor : Irfan Ramdiansyah