Menurutnya, digitalisasi bukan sekadar memindahkan dagangan dari pasar tradisional ke marketplace. Ini adalah perubahan cara berpikir dan cara berbisnis. Lewat gawai di tangan, pelaku UMKM di desa kini punya etalase yang sama luasnya dengan perusahaan besar.
“Melalui ponsel, semua orang punya peluang yang sama. Tinggal bagaimana kita mengelolanya,” ujarnya lugas.
Tak hanya soal jualan online, acara ini juga mengupas sisi gelap dunia digital, mulai dari banjir hoaks hingga ancaman keamanan data pribadi. Diskusi mengalir panas, peserta diajak lebih waspada agar tak mudah termakan informasi palsu yang kerap berseliweran di media sosial.
“Media sosial itu bukan cuma tempat hiburan. Ia bisa jadi instrumen ekonomi desa. Mari jadikan medsos sebagai alat penggerak ekonomi, bukan sekadar ruang pamer,” tandas Hj. Ida, disambut anggukan peserta.
Ratusan orang dari berbagai elemen masyarakat memadati acara ini. Mulai dari pemuda, pendidik, pelaku UMKM, pengurus koperasi, hingga perangkat desa, semuanya duduk bersama membedah tantangan dan peluang di era digital.
Dalam sosialisasi tersebut, peserta dibekali kemampuan memilah informasi, menjaga keamanan data pribadi, serta strategi memanfaatkan teknologi digital secara produktif dan bijak.
Harapannya, angka literasi digital di Pangandaran terus meroket, seiring dengan arah pembangunan daerah yang modern, progresif, namun tetap berpijak pada nilai-nilai kemanusiaan dan kearifan lokal.
Editor : Irfan Ramdiansyah
Artikel Terkait
