Yosep Trisna
Ketua IJTI Galuh Raya
TIGA belas tahun sudah Pangandaran berdiri. Angka yang tidak lagi pantas disebut “anak-anak”. Kalau masih ada alasan dengan dalih “kabupaten baru”, itu hanya menunjukkan ketidakdewasaan.
Usia 13 adalah simbol kedewasaan, tanda bahwa Pangandaran harus benar-benar matang dalam pembangunan dan pelayanan publik.
Sejak resmi berdiri tahun 2012, Pangandaran sudah menikmati banyak hal, sorotan media, limpahan wisatawan, bahkan perhatian pemerintah pusat.
Namun, pertanyaannya, sudahkah semua itu benar-benar diterjemahkan menjadi kesejahteraan rakyat? Atau jangan-jangan kita masih sibuk dengan pesta ulang tahun sementara masalah klasik terus menumpuk?
Pangandaran tidak boleh hanya berbangga dengan panorama laut dan pantai. Daerah ini harus berani membuktikan diri mampu mengelola potensi secara profesional, transparan, dan berkelanjutan.
Karena kedewasaan sebuah kabupaten bukan diukur dari lamanya berdiri, melainkan dari sejauh mana rakyatnya merasakan perubahan.
Usia 13 adalah cermin. Apakah Pangandaran sudah dewasa atau masih remaja yang gampang terlena?
Apakah pemerintah daerah cukup berani membuat terobosan, atau sekadar mengulang-ulang janji pembangunan?
Hari jadi seharusnya jadi momentum refleksi, bukan sekadar perayaan. Pangandaran mesti menatap ke depan dengan sikap tegas, melompat lebih tinggi, bukan berjalan di tempat.
Karena jika 13 tahun masih saja dianggap “baru”, maka kapan Pangandaran benar-benar dewasa?
Editor : Irfan Ramdiansyah
Artikel Terkait