Menurut Handi, hajat laut bukan sekadar pertunjukan budaya, tapi juga menyimpan nilai kepercayaan yang kental dengan adat istiadat masyarakat pesisir. Usai pergelaran tari tradisional, prosesi dilanjutkan dengan momen inti, larungan dondang ke tengah laut.
Dondang perahu kecil berisi sesaji didorong perlahan ke laut lepas. Di dalamnya terdapat berbagai macam sesaji, termasuk kepala kambing, bunga-bungaan, dan makanan khas, sebagai bentuk penghormatan dan doa kepada Tuhan yang maha esa agar senantiasa memberikan berkah serta keselamatan.
Proses larungan ini dijaga ketat oleh tim gabungan yang terdiri dari aparat kepolisian, TNI AL, Balawista, serta relawan SAR Barakuda. Mereka memastikan seluruh rangkaian acara berlangsung aman dan tertib.
Suasana semakin semarak saat warga dan wisatawan secara spontan mengabadikan setiap momen menggunakan kamera ponsel.
Dari deretan penari yang meliuk-liuk mengikuti irama musik tradisional, hingga dondang yang perlahan hilang ditelan ombak, semuanya menjadi bidikan yang menggugah rasa takjub.
"Tradisi ini jarang digelar oleh setiap kelompok warga, jadi sangat sayang kalau dilewatkan begitu saja. Apalagi atmosfernya kental sekali dengan budaya Sunda," tambah Handi.
Hajat laut di Pangandaran sendiri merupakan wujud syukur masyarakat pesisir terhadap rezeki yang diberikan laut, sekaligus bentuk permohonan keselamatan bagi para nelayan yang setiap hari menggantungkan hidupnya di perairan selatan.
Bagi sebagian warga, kehadiran sosok 'Nyi Roro Kidul' dalam prosesi ini bukan sekadar simbolik. Ia dianggap sebagai bagian dari kepercayaan lokal yang tak terpisahkan dari kehidupan pesisir.
"Entah itu benar atau tidak, tapi kehadiran sosok seperti itu justru membuat prosesi jadi terasa sakral dan berkesan," pungkas Handi.
Prosesi hajat laut tahun ini tak hanya menjadi magnet budaya, tetapi juga menjadi momentum penting untuk melestarikan tradisi warisan leluhur yang nyaris terlupakan oleh generasi muda.
Kehadiran ribuan warga, wisatawan, dan unsur pengamanan gabungan menunjukkan betapa kuatnya daya tarik tradisi ini, tak hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai identitas budaya masyarakat Pangandaran.
Editor : Irfan Ramdiansyah
Artikel Terkait