“Branding itu soal konsistensi nilai dan identitas, bukan sekadar slogan. Madrasah harus dikenal karena kontribusi dan karakternya,” tegas Irpan.
Sesi kedua dilanjutkan dengan pelatihan teknis oleh Dede Sadid M., S.Ag., yang memperkenalkan platform digital Quizizz sebagai alat bantu pembelajaran. Dalam sesi ini, guru-guru diberi simulasi penggunaan teknologi interaktif dalam proses belajar-mengajar.
“Teknologi bukan pengganti guru, tapi alat untuk membuat pembelajaran lebih hidup,” ujarnya.
Workshop ini tidak hanya memberikan wawasan baru, tetapi juga menjadi wadah refleksi dan diskusi. Para guru diajak untuk mengidentifikasi masalah internal dan merumuskan solusi bersama.
Salah satu peserta, Siti Hijanah, S.Ag., mengaku mendapat pemahaman baru mengenai konsep branding madrasah.
“Saya pikir branding itu hanya soal brosur. Ternyata semua guru bisa berperan jadi wajah madrasah,” tuturnya.
Kepala MAS YBH Cimindi, Nandar K., S.T., S.Pd.I., menyambut baik kegiatan ini dan berharap kolaborasi semacam ini terus berlanjut.
“Kita butuh sinergi lintas generasi untuk tetap relevan. Cara lama tidak bisa menjawab tantangan baru,” ujarnya.
Dengan semangat kolaboratif dan keterbukaan terhadap transformasi, workshop ini menjadi langkah awal bagi MAS YBH Cimindi dalam membangun narasi baru yang lebih kuat dan strategis.
Editor : Irfan Ramdiansyah
Artikel Terkait