Di Rimba Pananjung, Dua Bayi Banteng Jawa Jadi Jejak Hidup yang Terus Berdebat dengan Kepunahan
PANGANDARAN, iNewsPangandaran.id - Dari balik rimbunnya hutan Pananjung, kabar yang bikin dada hangat sekaligus nyesek ini akhirnya pecah ke publik. Dua ekor Banteng Jawa satwa karismatik yang statusnya sudah naik ke level Sangat Terancam Punah diam-diam lahir ke dunia sepanjang 2025.
Di tengah derasnya kabar punahnya satwa Nusantara, dua tangisan kecil di hutan Pananjung ini seakan jadi tamparan lembut tentang bagaimana alam masih berusaha bertahan.
Fenomena langka ini bukan datang begitu saja. Program reintroduksi Banteng Jawa (Bos javanicus) di kawasan Cagar Alam/Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran mulai menunjukkan taringnya.
Proyek yang digarap serius sejak Desember 2024 itu sukses membuahkan harapan baru, harapan yang selama ini nyaris terkubur oleh perburuan, perusakan habitat, hingga makin kerasnya bencana alam.
Kepala Bidang Wilayah III Ciamis BBKSDA Jawa Barat, Achmad Arifin S.Hut M.Si, tak menutupi getaran emosinya.
“Dua kelahiran pada 2025 ini tonggak penting. Bukti bahwa Banteng Jawa mampu beradaptasi dan mulai berkembang biak lagi di Pananjung,” bebernya.
Program reintroduksi dimulai dengan melepas empat banteng dewasa ke Padang Rumput Cikamal:
- Uchi, betina dari Taman Safari Bogor
- Bindi, betina dari Taman Safari Prigen
- Bejo dan Senta, dua jantan karismatik dari Taman Safari Gianyar Bali
Sejak dilepas, keempatnya hidup di bawah pengawasan ketat sembilan petugas lapangan. Setiap hari mereka memeriksa kondisi pakan, reproduksi, pergerakan, dan bahkan mood para banteng, sebuah kerja sunyi yang jarang terlihat kamera, tapi menentukan nasib satu spesies.
Dan hasilnya meledak:
- Eksploitasia, lahir 27 Juli 2025 dari induk Uchi
- Haruni, lahir 7 Agustus 2025 dari induk Bindi
Dua bayi yang lahir alami, tanpa campur tangan medis besar, menjadi bukti bahwa hutan Pananjung bukan hanya rumah, tapi rahim kedua bagi mereka.
Achmad menegaskan, pengawasan dilakukan super ketat, nyaris tanpa celah.
“Kami pantau perilaku, birahi, kebugaran induk, sampai geliat kecilnya setiap hari. Fokus kami sederhana: pastikan mereka hidup, tumbuh, dan aman,” tegasnya.
Keberhasilan langka ini bukan hasil kerja satu instansi. Ada tangan-tangan panjang yang bekerja dari balik layar:
- BBKSDA Jawa Barat
- Taman Safari Indonesia
- Star Energy Geothermal Darajat II Limited
- Pemkab Pangandaran
- Masyarakat penjaga hutan yang tak pernah berhenti menyisir kawasan
Semua bergerak dalam satu suara, menyelamatkan banteng.
“Pelestarian satwa tidak bisa dilakukan sendiri. Kolaborasi adalah kunci,” ujar Achmad.
Meski kabar kelahiran ini seperti oase di tengah padang gersang, ancaman tetap mengintai dari segala arah. BBKSDA Jabar menegaskan sejumlah pekerjaan rumah yang harus dikejar:
- Memperkuat standar kesehatan satwa dan habitat
- Membangun sarpras reintroduksi yang lebih mumpuni
- Digitalisasi data dan pemantauan populasi
- Edukasi publik agar tekanan terhadap banteng berkurang
Tantangan masih panjang, tapi titik cahaya sudah terlihat.
“Kami berharap populasi banteng mampu mandiri dan berkembang sehat di alam. Ini perjuangan panjang untuk menyelamatkan warisan satwa Nusantara,” tutup Achmad, seolah mengirim pesan bahwa misi ini belum berakhir.
Dan dari balik heningnya hutan Pananjung, dua anak banteng mungil itu jadi saksi bahwa harapan masih punya nyawa, meski hanya dua, namun cukup untuk memberi semangat satu negeri.
Editor : Irfan Ramdiansyah