PANGANDARAN, iNewsPangadaran.id - Masyarakat pesisir di Kabupaten Pangandaran Jawa Barat menggelar Hajat laut atau syukuran nelayan, dalam kegiatan tersebut ribuan masyarakat terlihat antusias.
Diketahui, kegiatan tersebut merupakan acara yang biasa dihelat oleh masyarakat daerah pesisir pantai selatan di setiap bulan muharam pada Kamis Wage menjelang Jumat kliwon.
Rangkaian acara dalam Hajat Laut ini, dari mulai ijab dongdang, kemitan dongdang, Kirab dongdang, larung dongdang, tawasul, cucurak (rencah tumpeng) atau makan bersama dengan nasi tumpeng dan diakhiri dengan gelar seni budaya.
Terlihat, ribuan masyarakat juga wisatawan ikut menyaksikan dari awal hingga akhir pagelaran, dari mulai kirab dongdang atau sesaji yang akan dilarung kelaut, hingga cucurak atau makan bersama bentuk wujud syukur kepada sang pencipta.
Nampak, iring- iringan puluhan perahu nelayan terlihat meriah menuju ke tengah laut mengantarkan dongdang yang akan dilarung.
Kordinator kegiatan Edi Rusnadi mengatakan, kegiatan hajat laut ini dilaksanakan sudah rutin dari dahulunya, karena ini tradisi masyarakat basisir Pangandaran.
"Tradisi hajat laut ini berharap bisa terus berlangsung secara turun temurun kedepan masih ada generasi penerus yang melanjutkannya,"ujar Edi.
Makna hajat laut ini, kata Edi, wujud syukur masyarakat pangandaran karena orang tua dahulunya dengan iklimnya di laut makanya di adakan prosesi bentuk wujud syukurnya di laut yaitu berupa hajat laut.
"Dengan membuat sebuah dongdang dan di larung juga cucurak, itu hanya simbol simbol saja atau sebuah property dalam sebuah pagelaran masal yang sudah rutin di laksanakan," ungkapnya.
Namun lanjut Edi, kita tidak melepaskan apa yang menjadi kebiasaan dari dulu dilaksanakan, seperti ijab dongdang, kemitan kemitan dongdang, kirab dongdang, larung dongdang, tawasulan juga cucurak.
"Alhamdulillah hingga saat ini banyak dukungan dari masyarakat dan berharap menjadi sebuah berita yang positif buat Pangandaran," ungkapnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Pangandaran Ujang Endin Indrawan yang hadir dalam acara tersebut mengatakan, hajat laut ini merupakan satu bentuk rasa syukur khususnya masyarakat pesisir pantai terhadap nikmat yang Allah SWT berikan.
Adapun syukuran ini diisi oleh serangkaian acara seperti doa bersama, makan bersama dan acara lain seperti Larung.
"Menurut saya, ini adalah suatu budaya yang memiliki nilai - nilai budaya lokal yang baik," ujar Ujang kepada sejumlah wartawan seusai doa bersama dalam serangkaian hajat laut.
Budaya hajat laut ini, kata Ujang, jika dilihat dari segi kacamata pariwisata menjadi daya tarik wisata yang bisa menjadi kalender pariwisata.
"Nantinya, bisa menarik wisatawan untuk datang ke Pangandaran," ungkapnya.
Namun, makna budaya hajat laut ini tidak boleh bertentangan dengan agama dan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai akidah.
"Kita maknai tradisi ini memiliki nilai positif, karena larung itu merupakan budaya hasil olah pikir manusia yang dilakukan secara terus-menerus," ucap Ujang.
Dilain pihak Ketua Federasi Olahraga Keresai Budaya Indonesia (FOKBI) Kabupaten Pangandaran, Hj. Ida Farida mengatakan, hajat laut ini menjadi tradisi tahunan yang memang melekat dengan masyarakat Pangandaran.
"Tentu, ini harus diapresiasi dan setiap tahun harus tetap ada," pungkasnya.
Editor : Irfan Ramdiansyah