JAKARTA, iNewsPangandaran,id - Siapa sebenarnya Sholah Athiyah, yang membangun universitas hingga baitul mal dengan jumlah yang fantastis. Sholah Athiyah adalah pemuda miskin dari Tafahnah Al Ashraf, Mesir dan meraih kekayaan melalui bisnis yang menjadikan Allah SWT sebagai mitranya, namun kekayaannya digunakan untuk membantu sesama.
Setelah kepergiannya pada 11 Januari 2016, amal jariyah dari Sholah Athiyah terus mengalir untuk membantu sesama. Hasil keuntungannya terus digunakan untuk membangun fasilitas publik, baitul mal, menyediakan fasilitas pernikahan bagi gadis yatim, dan memberi gaji kepada guru.
Kisahnya dimulai saat Sholah dan kedelapan temannya yang kurang mampu sepakat memulai usaha unggas dan perkebunan. Namun, keterbatasan modal menjadi hambatan, mereka mengumpulkan modal dengan cara meminjam, menjual perhiasan istri, bahkan menjual tanah.
Dalam mencari mitra ke-10 yang berhak atas 10 persen dari keuntungan, Sholah memilih Allah sebagai mitra terakhir. Dengan perjanjian bahwa Allah memberikan perlindungan dan keamanan terhadap ternak mereka dari wabah atau virus.
Bisnis mereka sukses hanya dalam satu musim. Keuntungan yang mereka sumbangkan kepada Allah terus meningkat dari 10 persen hingga mencapai 100 persen.
Keuntungan tersebut digunakan untuk memajukan desa kecil Tafahnah Al Ashraf, Mesir. Mereka, bersama sembilan mitra lainnya dengan izin Allah, membangun sekolah dasar hingga menengah atas.
Tak berhenti di situ, mereka berusaha mendirikan universitas, namun terbentur oleh akses transportasi yang tidak ada untuk mahasiswa. Kemudian, mereka kembali mengajukan dengan penambahan akses stasiun kereta. Universitas ini dikenal sebagai Universitas Al Azhar.
Perguruan tinggi ini terus berkembang dengan empat fakultas baru dan asrama putra-putri yang memiliki 1600 kamar.
Setelah membangun sekolah dan universitas, atas dasar kedermawanan, mereka mendirikan baitul mal untuk memerangi kemiskinan dan membantu fakir miskin serta janda.
Pemuda yang tidak memiliki pekerjaan dilatih untuk mengelola perkebunan, bahkan mengirim hasil produksinya ke luar negeri. Saat panen, seluruh masyarakat diberi paket sayuran. Di awal Ramadan, ada buka puasa bersama bagi penduduk desa, serta perlengkapan pernikahan bagi gadis yatim.
Sholah yakin memulai usaha bersama Allah tidak akan merugikan. Dari hanya mencari keuntungan di dunia, ia beralih memberikan segalanya kepada Allah.
Karena jasanya yang luar biasa, Sholah Athiyah tetap dikenang hingga kini. Bahkan ketika wafat, lebih dari setengah juta orang mengiringi jenazahnya ke pemakaman.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta